Abdullah bin Saba adalah Tokoh Fiktif

Tertolaknya riwayat tentang Abdullah bin Saba’ bukan hanya karena dalam jalur periwayatannya terdapat Saif At-Tamimi, melainkan bahwa Saif At-Tamimi merupakan sumber tunggal tentang cerita keberadaan Abdullah bin Saba. Dengan predikat semacam itu, sudah semestinya setiap kisah dari Saif At-Tamimi tidak bisa dipercaya, baik dalam wacana syariat maupun sejarah.

SEJARAH

8/10/20252 min read

Sampai sekarang masih ada orang-orang yang menggunakan (tokoh) Abdullah bin Saba’ sebagai dalil untuk menghujat Syiah. Mereka mengatakan bahwa Syiah adalah produk orang Yahudi, atau Syiah telah tertipu oleh orang Yahudi bernama Abdullah bin Saba’.

Berikut ini penjelasan tentang Abdullah bin Saba’ yang sebenarnya adalah tokoh fiktif, yang bersumber dari Ahlusunnah maupun Syiah.

Ayatullah Murtadla Al-Askari meneliti tentang keberadaan Abdullah bin Saba’dan hasilnya berdasarkan penelitian sejarah dan periwayatan hadits bahwa Abdullah bin Saba’ adalah tokoh fiktif. Hasil riset tersebut dituangkan dalam buku Abdullah bin Saba’ wa Asatir Ukhra dan Khamsun wa Mi’atun Shahabi Mukhtalaq. Kedua buku Ayatullah Murtadla Al-Askari ini berisi sanggahan dan bantahan terhadap semua pendapat yang menyatakan keberadaan Abdullah bin Saba. Kini, sudah ada terjemahan dalam bahasa Indonesia dengan judul Abdullah bin Saba: Benih Perpecahan Umat (diterjemahkan oleh M. Hashem).

Cerita tentang Abdullah bin Saba’ hanya bersumber dari satu orang (sumber tunggal), yaitu Saif bin Umar At-Tamimi. Mengenai sosok Saif bin Umar At-Tamimi, para ulama ahli jarh wa ta’dil telah memberikan nilai merah (buruk) kepadanya. Berikut komentar mereka tentang Saif At-Tamimi tersebut:

Pertama, Yahya bin Mun’im mengatakan: “Riwayat-riwayatnya lemah dan tidak berguna”.

Kedua, An-Nasa’i dalam Sunan-nya, mengatakan: “Riwayat-riwayatnya lemah dan harus diabaikan karena ia adalah orang yang tidak dapat diandalkan dan tidak patut dipercaya”.

Ketiga, Abu Dawud mengatakan: “Tidak harganya, ia seorang pembohong”.

Keempat, Ibn Abi Hatim mengatakan: “Mereka telah meninggalkan riwayat-riwayatnya”.

Kelima, Ibn Al-Sakan mengatakan: “Riwayatnya lemah (dha’if)”.

Keenam, Ibn ‘Adi mengatakan: “Riwayatnya lemah, sebagian dari riwayatnya terkenal, tetapi bagian terbesar dari riwayat-riwayatnya adalah mungkar dan tidak diikuti”.

Ketujuh, Al-Hakim mengatakan: “Riwayat-riwayatnya telah ditinggalkan, ia dituduh zindiq”.

Kedelapan, Ibn Hibban mengatakan: “Ia terdakwa sebagai zindiq dan memalsukan riwayat-riwayat”.

Para ulama Ahlusunnah lainnya pun tidak mempercayainya, seperti Khatib Al-Baghdady, Ibn Abdil Barr, dan Ibnu Hajar. Karena itu, jelas sekali bahwa keberadaan Abdullah bin Saba’ ini adalah fiktif dikarenakan hanya bersumber dari satu orang, yaitu Saif At-Tamimi, yang dinilai cacat, mungkar, pemalsu, zindiq, dan dhaif.

Dengan demikian, tertolaknya riwayat tentang Abdullah bin Saba’ bukan hanya karena dalam jalur periwayatannya terdapat Saif At-Tamimi, melainkan bahwa Saif At-Tamimi merupakan sumber tunggal tentang cerita keberadaan Abdullah bin Saba. Dengan predikat semacam itu, sudah semestinya setiap kisah dari Saif At-Tamimi tidak bisa dipercaya, baik dalam wacana syariat maupun sejarah.

Ibnu Hajar Al-Asqalani dalam kitab Lisanul Mizan (jilid 3, halaman 289) mengatakan: “Berita-berita tentang Abdullah bin Saba’ dalam sejarah memang terkenal, tetapi tidak satu pun bernilai riwayat. Ibnu Asakir meriwayatkan sebuah cerita panjang dari Saif bin Umar At-Tamimi dalam kitab Al-Futuh yang tidak shahih sanad-sanadnya.” ***