Peradaban Islam versi Buku The Venture of Islam
Apabila membaca kawasan Islam atau peradaban Islam dengan kacamata Hodgson maka akan terlihat beragamnya Islam ketika hadir dalam kawasan lainnya.
BUKU
Ahmad Sahidin, M.Hum (alumni UIN SGD Bandung)
7/31/20254 min read


KALI pertama saya berkenalan dengan karya Marshall Goodwin Simms Hodgson ketika kuliah di Jurusan Sejarah dan Peradaban Islam Fakultas Adab dan Humaniora UIN Sunan Gunung Djati Bandung. Pada semester awal, Prof Dr Ajid Thohir selaku dosen sejarah peradaban Islam mengenalkan The Venture of Islam sebagai buku bacaan wajib buat mahasiswa.
Ajid Thohir saat itu menyampaikan bahwa Hodgson memiliki metodologi kajian peradaban Islam yang berbeda dari orientalis lainnya. Ajid Thohir menerangkan, penulisan sejarah Islam versi Hodgson ini bersifat total history karena menyajikan Islam dengan multidisiplin sehingga Islam tampak sebagai peradaban manusia yang tinggi.
Waktu itu saya hanya mengangguk saja, maklum belum membacanya. Saya baru membaca buku tersebut saat menjelang membuat skripsi. Buku itu saya beli di Pasar Buku Palasari Bandung dalam rangka mencari ide membuat skripsi. Bukan ide atau judul skripsi yang muncul setelah membaca bagian pengantar penerjemah dan pengantar penulisnya, malah kosong melompong. Saya tidak bisa masuk pada buku itu. Meskipun sudah tiga kali diulang-ulang, tetap saja tidak mengerti.
Benar, apa yang diingatkan Dr.Mulyadhi Kartanegara, selaku penerjemah dalam pengantarnya, bahwa The Venture of Islam bukanlah karya yang mudah dipahami, bahkan oleh orang yang berbahasa Inggris, apalagi menerjemahkannya, dan terlebih lagi bagi yang membacanya dalam bahasa Indonesia. Kerja keras Pak Mulyadhi pun membuahkan lahirnya dua buku The Venture of Islam dalam Bahasa Indonesia yang diterbitkan Paramadina pada 1999 untuk jilid satu dan jilid dua pada 2002.
Karena sulit ditembus, saya menyimpan buku tersebut untuk sekian lama. Baru tertarik membaca lagi pada pertengahan Ramadhan 1431 H. Saya membuka-buka lagi dan tersenyum sendiri ketika melihat catatan dipinggir di buku tersebut, teringat lagi masa-masa sulit memahami sejarah Islam yang ditulis sejarawan Barat.
Buku Pertama: Lahirnya sebuah tatanan baru
Buku yang tebalnya 356+xxvi halaman ini diawali dengan pengantar kajian sejarah Islam sebagai upaya memahami isinya. Dalam pengantarnya, Dr.Mulyadhi Kartanegara menjelaskan bahwa The Venture of Islam merupakan bacaan wajib bagi mata kuliah Islamic Civilization di Universitas Chicago, Amerika Serikat, untuk mahasiswa Departemen Bahasa-bahasa dan Peradaban Timur Dekat dan Pusat Penelitian Timur Tengah yang diciptakan oleh penulis buku tersebut.
Bagian awal buku ini dimulai dengan pengenalan wilayah studi peradaban Islam, seperti cara membaca huruf, nama-nama Arab dan Muslim, istilah-istilah, transliterasi bahasa (Arab, Persia, Turki, dan Urdu), penanggalan, metode historis dalam kajian peradaban, definisi peradaban, tradisi, sejarah studi Islam, pembabakan atau kronologi sejarah Islam, dan istilah dalam kajian peradaban Islam yang dibuat sendiri oleh Hodgson. Yang terakhir ini kemudian menjadi dasar kajian sejarah peradaban versi Hodgson, yaitu Islamic, Islamicate, dan Islamdom.
Menurut Hodgson, dalam melihat peradaban Islam atau mengkaji Dunia Islam harus dapat membedakan antara Islam sebagai ”doktrin” (Islamic) dan fenomena ketika doktrin itu masuk dan berproses dalam sebuah masyarakat dan kebudayaann yang disebut dengan istilah ”bercorak Islam” (Islamicate). Selain itu, seorang pangkaji harus melihat konteks sosial, budaya, dan kesejarahan umat Islam ketika menjadi sebuah fenomena yang politis dalam kenegaraan atau kawasan disebut ”Dunia Islam” (Islamdom).
Nah, apabila membaca kawasan Islam atau peradaban Islam dengan kacamata Hodgson maka akan terlihat beragamnya Islam ketika hadir dalam kawasan lainnya. Meskipun jauh dari tempat lahirnya Islam, komunitas Islam di kawasan luar Timur Tengah tidak jauh beda dalam pelaksanaan keislamannya. Selain akibat interaksi antara penganut dengan teks suci (doktrin Islam) yang menghasilkan pemahaman, juga karena pengaruh lingkungan yang membentuk pola keberagamaan seorang Muslim berbeda pada satu kawasan (atau negara) dengan kawasan lainnya. Karena itu, tidak ada istilah yang paling asli dan tidak asli atau yang jauh dari keasliannya. Dengan kajian Hodgson ini, Islam diposisikan dalam konteks peradaban dunia secara umum. Meskipun begitu, Islam dalam kacamata Hodgson memiliki kebudayaan yang khas dan pernah menjadi “penguasa” dunia.
Uraian selanjutnya adalah prolog. Bagian ini merupakan uraian panjang lebar dan redefinisi dari penulis untuk menjelaskan terma-terma baru (Oksiden, islamdom, islamicate, islamicist, islamics, Nil sampai Oksus, Bizantium dlsb) dan batasan-batasan geografis yang tidak berdasarkan batas negara-negara modern yang dirasa perlu diciptakan oleh penulis untuk menghasilkan karya sejarah yang benar-benar menyeluruh dan tidak eropa sentris. Kedua bagian ini mencapai 139 halaman, dan untuk anda yang membaca buku ini, harap jangan menyerah membaca sampai disini, karena kita belum lagi masuk ke bab I.
Bab I membahas mengenai dunia sebelum Islam. Penulis membahas mengenai kebudayaan sebelum Islam yang berbasis agraris, masa aksial (800 – 200SM) dimana kebudayaan di Oikoumene berkembang dengan serentak dan sejajar. Nabi-nabi Iran dan biblikal muncul, mendirikan tradisi-tradisi literer yang kuat dalam dalam bahasa Iran kuno dan terutama dalam bahasa Ibrani (lalu ke bahasa Arami). Kawasan Nil sampai Oksus ini menghasilkan buku-buku dan lembaga-lembaga yang menyebar keluar batas wilayah mereka, dan jarang terjadi sebaliknya. Tradisi2 yang didirikan nabi2 Iran dan Yahudi memberikan stimulus imajinatif yang sangat kreatif yang melahirkan tradisi Kristen dan Manichean.
Bab II mulai menceritakan tentang Islam dan Muhammad. Digambarkan mengenai kebudayaan Baduwi dan kesetiaan sukunya , kedudukan orang arab dalam politik internasional, sistem Mekkah, Ka’bah dan paganisme yang berlebihan. Lalu diceritakan tentang Muhammad. Dalam risalah Muhammad idenya adalah bahwa hanya ada satu objek persembahan dan bahwa semua tuhan tuhan kecil lainnya bukan hanya sekunder tetapi sama sekali palsu dan sistem pemujaan mereka adalah jahat. Bagi pembaca muslim akan bertentangan pendapat dengan penulis dibagian ini, dimana penulis beranggapan bahwa Muhammad mendapat pengetahuan tentang agama2 Kristen dan Yahudi dari orang-orang yang tidak begitu memahami kepercayaan mereka sehingga uraian-uraiannya dalam Al Quran berbeda dengan versi mereka. Tetapi penjelasan-penjelasan sejarah dalam buku ini sangat membantu pembaca muslim untuk lebih memahami sejarah Islam. Bagian ini membahas keseluruhan sejarah Islam hingga berdirinya suatu masyarakat dan kebudayaan baru.
Hukum keluarga merupakan penemuan penemuan baru. Terdapat peraturan peraturan Qur’an berkenaan dengan perkawinan yang menguniversalkan satu macam perkawinan arab. Keluarga inti ditekankan sebagai unit yang mandiri dimana setiap perkawinan diberi status yang sama berdasarkan hukum. Warisan jatuh pada keluarga langsung, tidak disebarkan melalui marga. Pada waktu yang bersamaan istri-istri dan anak-anak perempuan telah diberi posisi yang lebih kokoh ketimbang yang mereka dapatkan pada perkawinan perkawinan arab. Penulis tampak mengagumi al quran, bahwa ia tidak pernah kehilangan keagungan dan martabatnya, walaupun tengah membicarakan hal yang ‘mesum’ misalnya tentang ayat dimana Aisyah dituduh berkhianat.
Bab III tentang Negara muslim pertama, dan munculnya sebuah kebudayaan regional baru, berdirinya sebuah kekalifahan. Diterangkan rinci mengenai kekalifahan yang empat, juga fitnah yang pertama dan kedua, dan beralihnya kekalifahan dari Muawiyah kepada Marwani.
Membaca buku ini dapat membantu kita untuk mempelajari Islam secara historis mulai dari jaman pra Islam hingga masa awal kekalifahan. Pendekatan historis penting untuk memahami ide, konsep dan pemikiran suatu bangsa sehingga di Univeristas Chicago kajian kajian historis, pendekatan dan metodologi kesejarahan sangat mendapat tekanan, dan kini mempengaruhi pemikiran dan metodologi para sejarawan kontemporer di mana saja. Ini saja. Insya Allah, nanti kita lanjut ulasannya. ***