Siapa yang Dimaksud Syiah Menurut Imam?
Selama ini kita sering mendengarkan bahwa Syiah adalah mazhab yang sesat, kafir, dan bukan Islam. Mereka melemparkan tuduhan tanpa mengutip literatur-literatur Syiah. Tidak dipungkiri mereka ada yang mengutip dengan memotong informasi agar sesuai dengan yang diinginkan dan tidak mengambil informasi dari ulama yang muktabarah.
KHAZANAH
9/3/20254 min read


Selama ini kita sering mendengarkan bahwa Syiah adalah mazhab yang sesat, kafir, dan bukan Islam. Mereka melemparkan tuduhan tanpa mengutip literatur-literatur Syiah. Tidak dipungkiri mereka ada yang mengutip dengan memotong informasi agar sesuai dengan yang diinginkan dan tidak mengambil informasi dari ulama yang muktabarah.
Sekadar untuk memberikan pemahaman tentang orang Syiah yang dimaksud oleh Imam (Ahlulbait), berikut ini beberapa hadis yang menjelaskannya.
Imam Ali as berkata kepada Nauf Bakali, “Tahukah engkau wahai Nauf siapakah Syiahku?” Nauf menjawab, “Tidak, demi Allah”. Lalu Imam Ali menjelaskan, “Syiahku adalah orang-orang yang bibirnya kering dan perutnya kosong. Mereka adalah orang-orang yang dikenali dengan kezuhudan di wajahnya. Dan mereka adalah orang-orang yang banyak beribadah di malam hari dan seperti singa di siang hari” (Bihar al-Anwar, juz 78, hadis no. 95).
Imam Muhammad Baqir as berkata, “Sesungguhnya Syiah kami hanyalah orang-orang yang bertakwa kepada Allah dan menaati-Nya, mereka adalah orang-orang yang terkenal dengan kerendahhatian, kekhusyuan, menyampaikan amanah, dan banyak berzikir kepada Allah” (Tuhaf al-‘Uqul hadis no. 295).
Imam Jafar Ash-Shadiq as berkata, “Sesungguhnya Syiah ‘Ali itu adalah orang yang menjaga kesucian perut dan kemaluannya, kuat jihadnya, beramal untuk penciptaNya, mengharapkan pahalaNya dan takut kepada siksaNya. Maka jika engkau melihat mereka itu, mereka itulah Syiah Ja’far” (Al-Kafi, juz 2 hadis no.9).
Imam Jafar Ash-Shadiq as berkata, “Ujilah Syiah kami pada tiga keadaan: pada waktu-waktu shalat bagaimana mereka menjaganya, pada rahasia-rahasia mereka bagaimana mereka menjaganya untuk tidak membocorkannya kepada musuh-musuh kami, dan dalam harta mereka bagaimana mereka membantu saudara-saudaranya dengan harta itu” (Bihar al-Anwar, juz 83, hadis no. 40).
Imam Jafar Ash-Shadiq as berkata, “Sesungguhnya Syiah kami itu adalah orang-orang yang memiliki empat mata: dua mata di kepalanya dan dua mata di hatinya. Ketahuilah, sesungguhnya seluruh manusia seperti itu, tetapi Allah Azza wa Jalla membuka mata kalian (Syiahku) dan membutakan penglihatan mereka” (Al-Kafi, juz 8, hadis no. 260).
Imam Jafar Ash-Shadiq as pernah bertanya kepada seorang laki-laki tentang orang-orang yang dia tinggalkan di kotanya (yang dianggap sebagai pengikut Syiah), lalu laki-laki itu menjawab dengan sanjungan yang baik, penyucian dan pujian. Lalu Imam Jafar bertanya, “Bagaimana kunjungan orang-orang kaya mereka kepada orang-orang miskinnya?” Laki-laki itu menjawab, “Jarang sekali”. Lalu Imam Jafar bertanya lagi, “Bagaimana kehadiran orang-orang kaya mereka di tengah-tengah orang miskinnya?” Kembali laki-laki itu menjawab, “Jarang sekali.” Selanjutnya Imam Jafar bertanya lagi, “Bagaimana pemberian orang-orang kaya mereka kepada orang-orang miskinnya?” Laki-laki itu kemudian menjawab, “Anda telah menyebutkan perilaku yang jarang kami lakukan.” Maka Imam Jafar berkata, “Kalau begitu, bagaimana bisa kamu mengatakan bahwa mereka adalah Syiah kami?” (Al-Kafi, juz 2, hadis no.10).
Imam Musa Kazhim as berkata, “Bukanlah Syiah kami orang yang sedang menyendiri, sementara hatinya tidak takut kepada Allah” (Bashair al-Darajat, juz 10, halaman 247).
Imam Muhammad al-Baqir as berkata, “Syiah kami terdiri dari tiga macam: mereka yang mencari makan kepada manusia dengan mengatasnamakan kami, mereka yang seperti kaca yang memperlihatkan apa saja, dan mereka yang seperti emas murni yang setiap kali dimasukkan ke dalam api ia bertambah baik” (Bihar al-Anwar, juz 78, hadis no. 24).
Imam Jafar Ash-Shadiq as berkata, “Syiah itu ada tiga macam: yang mencintai dan bersahabat dengan kami, mereka adalah golongan kami; yang menampakkan kebaikan kami, dan tentu saja kami berlaku baik kepada mereka yang menampakkan kebaikan kami; dan yang mencari makan kepada orang lain dengan mengatasnamakan kami, dan sesiapa yang mencari makan dengan mengatasnamakan kami, dia akan menjadi miskin” (Al-Kishal, pasal 61, hadis no.103).
Imam Muhammad al-Baqir as berkata, “Wahai segenap Syiah keluarga Muhammad, jadilah kalian golongan yang pertengahan, yang kembali kepada kalian orang-orang yang melampaui batas (al-ghali) dan bergabung bersama kalian orang yang mondar mandir mencari kebaikan (at-tali). Seorang dari kaum Ansar, namanya Sa’d bertanya kepada beliau, “Semoga diriku menjadi tebusan Anda, siapakah al-ghali itu?” Imam al-Baqir menjawab, “Mereka adalah suatu kaum yang mengatakan tentang kami apa yang tidak kami katakan tentang itu. Maka mereka itu bukanlah golongan kami dan kami pun bukan golongan mereka.” Orang itu bertanya lagi, “Siapa at-tali itu?” Imam al-Baqir menjawab, “Dialah orang yang mondar mandir mencari kebaikan dan dia akan mencapai kebaikan itu dan diberi pahala atasnya” (Al-Kafi, juz 2, hadis no.6).
Imam Jafar Ash-Shadiq as berkata, “Wahai seluruh pengikut Syiah, jadilah kalian sebagai penghias bagi kami. Janganlah kalian memberikan aib kepada kami. Dan berbicaralah kepada orang lain dengan perkataan yang baik. Jagalah lidah kalian, hindarkanlah dari mencampuri urusan orang lain dan cegahlah dari perkataan yang buruk” (Amali al-Shaduq, jilid 17, halaman 327).
Imam Jafar Ash-Shadiq berkata kepada, “Hai Abdul A’la, sampaikanlah salam dan rahmat Allah kepada mereka, yakni orang-orang Syiah dan katakan pula kepada mereka: ‘Dia (Imam Jafar) berkata kepada kepada kalian, ‘Semoga Allah merahmati seorang hamba yang menyebabkan manusia mencintai dirinya dan mencintai kami, yaitu yang memperlihatkan kepada manusia apa yang mereka ketahui dan menjauhkan diri terhadap apa yang mereka ingkari’” (Bihar al-Anwar, juz 2, hadis no.62).
Imam Jafar Ash-Shadiq as mengatakan, “Jadilah kamu penghias bagi kami dan jangan menjadi pendatang cela bagi kami. Kamu sudah menisbahkan diri sebagai pengikut kami” (Mizan Al-Hikmah, 5: 977).
Imam Hasan Al-Askari berkata, “Syiah ‘Ali adalah orang yang berjuang di jalan Allah, tidak peduli apakah maut menjemputnya atau ia menjemput maut. Mereka mendahulukan saudaranya, kaum Muslim, walaupun dirinya dalam keadaan susah; Allah tidak melihat mereka di tempat dilarang-Nya; dan Allah tidak kehilangan mereka di tempat yang diperintahkan-Nya” (Mizan Al-Hikmah, 5: 231).
Berdasarkan hadis-hadis dari para Imam bahwa yang dimaksud orang Syiah oleh Aimmah adalah mereka yang saleh ritual (ibadah), berperilaku mulia (akhlak), dan memperhatikan kaum dhuafa serta tidak menjadi penghias di tengah umat Islam. Karena itu, siapa pun orangnya yang mengaku dirinya Syiah, tetapi bertindak dan berkata tidak sesuai dengan akhlak maka tidak layak disebut pengikut Ahlulbait. Tentang ini, Imam Jafar Ash-Shadiq as berkata, “Bukanlah termasuk Syiah kami orang yang berbicara dengan lisannya dan bertentangan dengan kami dalam perbuatan dan sunnah kami” (Bihar al-Anwar, juz 68, hadis no.13). ***